Negeri Kaibobo Gelar Upacara Buka Sasi Laut 2025

Negeri Kaibobo Gelar Upacara Buka Sasi Laut 2025

Lensaperistiwa.com – Masyarakat pesisir Negeri Kaibobo Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), menggelar Upacara Buka Sasi sebagai penanda dibukanya kembali wilayah tangkap perikanan tradisional setelah masa penutupan selama dua tahun.

Tradisi adat ini berlangsung khidmat di pesisir Pantai Kaibobo, diwarnai dengan prosesi adat, pertunjukan budaya, dan pembacaan tanda buka oleh pemangku adat.

Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Bupati SBB Stefanus Kainama, perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, Pemkab SBB, serta sejumlah pemangku kepentingan lainnya. Senin (10/11/2025).

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Kainama menyebut pelaksanaan Sasi sebagai praktik kearifan lokal yang selaras dengan prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan.

“Kelestarian Sasi tidak hanya berfungsi sebagai mekanisme adat untuk menjaga ekosistem laut, tetapi juga sebagai instrumen sosial yang memperkuat kohesi dan solidaritas masyarakat.”

Pembukaan Sasi tahun ini lanjut Kainama, dapat membawa manfaat ekonomi bagi nelayan sekaligus menjaga keberlanjutan sumber daya laut untuk generasi mendatang.

Sementara itu, Raja Kaibobo Alex Uhuwael, menegaskan bahwasanya Sasi bukan sekadar ritual adat, tetapi sistem pengelolaan sumber daya alam yang sejalan dengan nilai-nilai keberlanjutan.

“Kami ingin generasi muda memahami dan menghargai Sasi sebagai warisan berharga yang melindungi alam sekaligus menyejahterakan masyarakat.”

“Ritual Sasi di Negeri Kaibobo mulai diberlakukan pada akhir 2023 dan mencakup lima area laut Hatupokor, Sartetu, Lahkana, Sandrahuhi, dan Motiela dengan total luas mencapai 823,82 hektare.”

Program ini difasilitasi oleh Yayasan SAHARI yang bekerja sama dengan Blue Ventures untuk memperkuat pengelolaan perikanan berbasis masyarakat.

Selama periode penutupan, para nelayan mencatat total tangkapan ikan lebih dari 19 ton, terdiri dari 100 spesies bernilai ekonomi tinggi, dengan pendapatan mencapai Rp330 juta.

Pembukaan Sasi diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan sekaligus menjaga stok ikan yang telah pulih.

Yayasan SAHARI bersama Blue Ventures juga mendampingi masyarakat dalam penyusunan aturan adat Sasi, pelatihan pemantauan sumber daya laut, serta penguatan peran perempuan dan pemuda pesisir dalam pengelolaan sumber daya alam.

Menjelang puncak acara, anak-anak Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil Negerin Kaibobo mengikuti lomba menggambar dan mewarnai bertema Sasi dan laut lestari. Selain itu, digelar juga pelatihan pengolahan makanan laut bergizi, aksi bersih pantai, pameran foto, serta pemutaran film edukatif dari Blue Ventures.

Ketua Yayasan SAHARI, Petrus Wairissal, mengatakan kegiatan ini menjadi wujud nyata pelestarian tradisi sekaligus pendidikan lingkungan bagi masyarakat pesisir.

“Sasi bukan hanya simbol adat, tetapi sistem pengelolaan lingkungan yang bijak dan berkelanjutan,” tegasnya.

Momentum Buka Sasi tahun ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Perikanan Sedunia pada 21 November, menegaskan pesan global tentang pentingnya keberlanjutan, pengelolaan bijak, dan kesejahteraan komunitas pesisir.

Yayasan Nusa Bahari Lestari (SAHARI) merupakan lembaga pemberdayaan yang berfokus pada penguatan kapasitas masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Maluku. Berdiri sejak 19 Agustus 2024, SAHARI melanjutkan pengalaman lebih dari 30 tahun LPPM-Maluku dalam pembangunan masyarakat pesisir.

Berbasis di Desa Nuruwe, Kecamatan Kairatu Barat, SAHARI berkomitmen mendukung kemandirian masyarakat adat agar berdaulat, inklusif, dan berkelanjutan melalui penguatan kelembagaan, ekonomi, serta model pengelolaan sumber daya alam yang adil.

Tradisi Sasi menjadi salah satu fokus utama lembaga ini sebagai bentuk kearifan lokal yang menjaga keseimbangan antara manusia dan alam warisan yang terus dijaga untuk masa depan laut Maluku yang lestari.

SAHARI ini berbasis di Desa Nuruwe, Kecematan Kairatu Barat, didukung tim multidisiplin yang merupakan anak daerah dan sangat mengenal wilayah serta karakteristik masyarakat Maluku. Lembaga ini beroperasi di seluruh wilayah Maluku.(*)

lensaperistiwa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *