lensaperistiwa.com – jakarta
Industri kehumasan dinilai masih berpotensi tetap tumbuh dan berkembang pada era digital dan situasi pandemi COVID-19 saat ini.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Dirjen IKP Kominfo), Usman Kansong, mengatakan potensi tersebut akan diperoleh jika para praktisi hubungan masyarakat (humas) atau public relation (PR) ikut bertransisi ke era digital, sehingga bisa menawarkan layanan lebih luas dari sebelumnya.
“Di era digital ini, industri kehumasan memiliki potensi pertumbuhan. Walaupun pandemi COVID-19 pernah memperlambat segalanya, tetapi juga membentuk kembali industri kita dan mendorong transisi ke era digital,” ujar Dirjen IKP Kominfo dalam Webinar Global Capacity and Framework in Public Relations & Communication Management 2022 pada Selasa (8/3/2022).
Turut menjadi narasumber acara itu, Founder & CEO LSPR Communication & Business Institute, Prita Kemal Gani, Dirjen IKP Kominfo, Usman Kansong, Ajunct Professor LSPR Communication & Business Institute Anne Gregory, Ketua Umum Perhumas, Boy Kelana Soebroto, dan Kepala Penelitian LP3M LSPR Communication & Business Institute Rendro Dhani.
Menurut Usman, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang saling berhubungan, jaringan yang tak terhitung jumlahnya dan revolusi media telah mengubah wajah bisnis dunia dengan lingkup pekerjaan yang jauh lebih kecil
Industri kehumasan diharapkan bisa fleksibel dan berkelanjutan dalam mengukuti perkembangan teknologi digital, dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) praktisi PR.
“Praktisi PR diharapkan dapat menawarkan layanan yang jauh lebih luas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan itu berdampak pada hal akademik untuk mengikuti perubahan dalam industri itu,” katanya.
Perubahan itu, dinilai juga membuka potensi besar bagi sektor pendidikan terkait PR untuk mengembangkan potensi para praktisi.
Dalam hal itu, Usman mengacu pada Asia-Pacific Communication Monitor (APCM) 2021, yang memuat lima kompetensi yang dibutuhkan dalam manajemen komunikasi hingga 2023.
Kelima kompetensi tersebut antara lain mengatasi evolusi digital dan web sosial (social web), menggunakan data besar (big data) dan algoritma untuk komunikasi, membangun dan memelihara kepercayaan, memperkuat peran fungsi komunikasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen puncak, dan menangani pembangunan berkelanjutan serta tanggung jawab sosial.
“Ada kebutuhan besar bagi praktisi komunikasi maupun akademisi untuk mengembangkan kompetensi mereka,” tuturnya.
Di sisi lain, katanya, pihak akademisi harus melihat transisi ke era digital sebagai pintu untuk mempersiapkan kurikulum PR dan pengembangan program untuk membekali SDM dengan kompetensi tersebut.
Potensi itu, juga terkait dengan laporan APCM yang menyatakan banyak praktisi PR yang gagal, karena tidak mampu menggunakan data dan teknologi dengan baik
“Ketimpangan antara kompetensi utama yang dibutuhkan dan kompetensi personal seperti kompetensi manajemen komunikasi, bisnis, teknologi dan kompetensi data perlu diselesaikan,